/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/cursors/cur-11/cur1021.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/cursors/cur-11/cur1021.png), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */ Rotating X-Steel Pointer
Powered By Blogger

Sabtu, 12 November 2016

Sejarah Shalat Tarawih

Sejarah Tarawih
   
   Sholat taraih mulai dikenal sejak Jaman Khalifah Umar bin Khattab. Baik dari segi namanya maupun tata cara shalat Tarawih secara berjama'ah. Pada masa Rasulullah Saw. shalat ini belum dilakukan secara berjama'ah, dan belum dinamakan shalat Tarawih.

    Menurut sebuah riwayat, pada suatu malam di bulan Ramadhan, Rasulullah keluar menuju masjid. Kemudian beliau shalat sunah di masjid, lalu berbondong-bondonglah para sahabat mengikuti shalat eperti shalatnya Rasulullah. Malam berikutnya Rasulullah melakukan hal yang sama dan diikuti para sahabat. Pada malam ketiga, beliau juga pergi ke masjid lagi, para sahabat yang ikut shalat jumlahnya bertambah banyak.

    Kemudian pada malam keempat, Rasulullah tidak pergi ke masjid lagi, meskipun para sahabat sudah banyak yang menunggunya. Kemudian Isteri beliau, Aisya bertanya kepada Rasulullah yang kemudian dijawab: "Aku melihat apa yang dilakukan oleh para sahabatku. Hanya saja aku takut jika hal ini (shalat malam di bulan Ramadhan) justru diwajibkan atas umatku".

    Mendengar jawaban demikian, maka para sahabat melakanakan shalat malam di bulan Ramadhan (taraih) sampai wafatnya Rasulullah dan di masa Khalifah Abu Bakar. Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, beliau kemudian memprakarsai untuk melaksanakn shalat Tarawih secara berjamaah agar lebih khusyu'. Umar berkata: "Sesungguhnya aku berpendapat, jika saja mereka dikumpulkan dalam satu imam tentu menjadi lebih baik".

    Langkah penyergaman dan pembakuan tata cara shalat tarawih yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab ini didasarkan pada beberapa pertimbangan. Yakni, demi persatuan umat dan demi syiar agama Islam. Upaya yang dilakukan Umar diterima, diepakati dan diamalkan oleh para sahabat pada masa itu. Tidak pernah ada riwayat satupun yang menjelaskan diantara sahabat Rasulullah yang mengingkarinya.

    Pelaksanaan shalat Tarawih 20 rakaat dan Witir 3 rakaat selama bulan Ramadhan juga dilaksanakan generasi berikutnya. Para tabi'in, tablit tabi'in, ulama generasi pertama, imam madzhab hingga para wali songo dan para da'i yang menyebarkan Islam ke Nusantara jug melaksanakan shalat Tarawih dan Witir seperti Umar bin Khattab.

    Warga NU di Indonesia pada khususnya, dan penganut aliran sunni di seluruh dunia juga mengerjakan shalat Tarawih 20 rakaat dan Witir 3 rakaat. Termasuk jamaah halat Tarawih di Masjidil Haram Makkah juga mengerjakan 20 rakaat ditambah 3 rakaat Witir.

    Pelaksanaan shalat Taraih di Indonesia, ternyata tidak hanya di masjid dan mushalla saja. Tetpi, shalat Tarawih juga dilaksnakan di perkantoran, di kapal-kapal yang sedang berlayar dilaut, di bandara, di sasiun, di pasar, di mall, di sekolah maupun dirumah sendiri-sendiri. Bahakan, para pejabat biasanya melaksanakan Shalat Tarawih secara keliling (terling) di tengah-tengah masyarakat.

    Di sela-sela jama'ah shalat Isya', Tarawih atau Witir biasanya diselingi acara ceramah agama yang dikemas kuliah tujuh menit (kultum). Kiai yang menyampaikan ceramah bergiliran diesuaikan dengan tema yang ditentukan panitia atau ta'mir masjid. Setelah shalat Tarawih dan Witir, biasanya dilanjutkan dengan tadarus al Qur'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar